Kamis, 31 Desember 2009

Curug Gombong

 Wisata Terpendam di Kec. Pecalungan
Oleh: Widodo Budi Wiharso


Batuannya berlapis-lapis dan memiliki nilai artistic yang cukup tinggi. Airnya berwarna putih dan membentuk butiran-butiran kecil seperti butiran intan permata yang jatuh dari angkasa. Sebagian kecil airnya bertaburan di sekitarnya membentuk warna pelangi yang indah dipandang mata terutama ketika cahaya matahari menghampirinya. Itulah panorama yang bisa anda lihat di sekitar Curug Gombong atau yang lazim disebut Curgom. Curug yang sementara ini belum mendapat sentuhan yang bermakna dari tangan manusia.

Disebut curug gombong karena terletak di desa Gombong, Kecamatan Pecalungan, Kabupaten Batang. Kecamatan yang baru lahir beberapa tahun lalu dari hasil persilangan dari kecamatan Bandar, Blado, Reban dan Subah yang membawahi tidak kurang dari 10 desa.. Maka wajarlah jika kecamatan ini belum memiliki rumah sehingga masih berpindah-pindah dalam menjalankan pemerintahannya. Tapi Kecamatan ini boleh merasa bangga karena dengan tidak harus membuat opini di gedung dewan untuk mengalokasikan dana tapi telah memiliki curug alami berketinggian sekitar 12 meter dan terbentuk dari batuan berlapis-lapis yang dapat dijadikan obyek wisata di suatu ketika. Andaikan harus mengalokasikan dana apakah Kabupaten yang kaya raya ini mampu membiayainya?

Curug Gombong bukanlah curug terkenal. Curug ini masih tersimpan rapi. Hanya orang tertentu yang butuh ketenangan saja yang biasanya datang ke tempat ini untuk merenungi keagungan alam, dan melepaskan keresahan hidupnya pada batu pualan dan butiran embun yang beterbangan. Orang yang suka berhura-hura biasanya lebih suka ke tempat lain yang ada hubungannya dengan wisata birahi. Mereka lebih mengagumi keindahan semu yang berhubungan dengan hawa nafsu menjadikan peceren seperti durian dan menjadikan bangkai seperti bunga.

Beruntung Curgom ini belum mendapatkan lirikan dari investor. Andaikan iya mungkin lokasi sekitarnya sudah menjadi wisata birahi sebagaimana lokasi –likasi wisata lainnya. Seperti Baturraden, siGandu, dan Bandungan Ambarawa. Untuk sementara curgom ini lebih cocok untuk acara ritual, menenangkan diri, dan mencari inspirasi ataupun wangsit dari para dedemit. Bahkan dulu ketika merambahnya legalitas judi SDSB tempat ini sering digunakan para pialang untuk mencari wangsit dengan melakukan UKUK atau nyepi, merelakan dirinya untuk bertemu ular siluman raksasa. Ada juga yang melakukan ritual nyepi untuk mengambil azimat merah delima. Karena kabarnya di dunia mistis tempat ini menyimpan azimat merah delima.

Dalam dunia pendidikan sesungguhnya Curgom ini bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan metode karya wisata. Lapisan-lapisan batuan yang membentuknya perlu diselidiki dan disimpulkan proses pembentukannya. Jenis batuan yang membentuknya juga perlu ditentukan. Kenampakan alamnya juga perlu ditentukan, apakah kenampakan alami atau bukan dan dikorelasikan dengan pembelajaran IPA dan IPS atau Bahasa Indonesia.

Sesungguhnya setiap sekolah di Kabupaten ini setiap tahunnya perlu mengadakan karya wisata ke tempat tersebut. Paling tidak generasi ini mengenal kenampakan alam dan mengenal panorama yang indah di wilayahnya. Sukur bagai mereka bisa memperkenalkan ke wilayah lain.

Sepanjang sejarah curgom termasuk curug yang aman, belum ada orang yang meninggal akibat kecelakaan atau bunuh diri atau tertelan air di kedalaman sebagaimana curug atau tempat wisata lainnya.

Sungguh hal yang luar biasa jika promotor pendidikan di kabupaten ini dapat mempromotori program wisata sekolah setiap tahunnya ke seluruh tempat wisata di Kabupeten ini. Sehingga mereka bisa menghargai tempat wisata daerahnya sendiri dan dapat mempromisikannya ke daerah lain, bukan malah sebaliknya.

Dalam radius sekitar 500 meter dari curug ini banyak terdapat lempengan batu serpih yang beberapa tahun ini sering digali. Lempengan ini dipotong-potong sesuai ukuran yang ditentukan kemudian dijual oleh beberapa pengusaha untuk dijadikan pelapis tembok atau pelapis tiang bangunan shingga bangunan itu tampak lebih megah dan berwibawa. Yang dikhawatirka jika penggalian batu ini tidak terkendali maka curug yang terbentuk dari lapisan batuan ini bisa terancam musnah. Tampaknya Curgom ini perlu mendapat perlindungan dan perhatian Pemerintah Daerah.

Pemerintah desa tampaknya sudah melindungi curgom ini dan ingin mengembangkannya. Tapi tampaknya mereka hanya bisa berkhayal karena tidak memiliki modal.